Baiklah pada kesempatan kali ini saya akan memberikan sedikit informasi tentang Peristiwa Proklamasi, dan mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi kalian yang membaca nya. Nah disini saya akan memberikan 6 point tentang Peristiwa Sekitar Proklamasi yaitu :
1. Penyebab kekalahan jepang dalam perang dunia ke II
Kita tahu bahwa Jepang sempat menjadi kekuatan yang besar dan disegani di Asia Pasifik sebelum akhirnya dibuat bertekuk lutut oleh Amerika Serikat pada tahun 1945. Kendala terbesar yang dialami Jepang selama Perang Dunia II adalah ketidak mampuan dalam merancang mesin pesawat yang bertenaga besar, juga memiliki bobot yang cukup untuk menjaga berat pesawat secara keseluruhan agar tidak terlalu berat sehingga dapat menurunkan performa terbang.
Pada akhirnya, ketidakmampuan Jepang dalam memproduksi mesin pesawat yang berkualitas tinggi, diperparah dengan persaingan antara Angkatan Darat dan Angkatan Laut, membuat perkembangan riset teknologi penerbangan di Jepang tidak dapat menyaingi Eropa dan Amerika. Jepang tidak memiliki haluan yang jelas dalam filosofi ataupun proses perancangan teknologinya ketika itu. Absennnya manajemen riset terpadu yang amat krusial dalam cepat atau lambatnya penerapan konsep baru, menjadi penyebab utama (dari sisi teknologi) kekalahan Jepang dalam pertempuran udara di tahun-tahun terakhir perang pasifik. Hingga akhirnya sekutu menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 serta kota Nagasaki 3 hari kemudian, akhirnya Kaisar Hirohito menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945.
2. Peristiwa Rengasdengklok
Tujuan peristiwa Rengasdengklok utamanya adalah mendorong Ir Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa Rengasdengklok diawali ketidaksabaran para pejuang muda yang tergabung dalam gerakan bawah tanah akan kemerdekaan Indonesia. Alhasil, Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan anggota lain membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok yang bertujuan agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang.
Caranya, mereka meyakinkan kembali bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang akan melawan apapun risikonya.Tak hanya berdua, Soekarno kala itu juga dibawa bersama sang istri Fatmawati dan anaknya Guntur. Di Jakarta sendiri, golongan muda Wikana dan golongan Tua Ahmad Soebardjo melakukan perundingan tempat proklamasi. Dan akhirnya mereka pun menyetujui bahwa Jakarta untuk menjadi lokasinya.
3. Perumusan Naskah Prokramasi
Dikarenakan sekutu menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 serta kota Nagasaki 3 hari kemudian, akhirnya Kaisar Hirohito menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945. Dengan cepat, golongan muda yang mengetahui kabar tersebut dari siaran Radio BBC milik Inggris mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memanfaatkan situasi dengan menyatakan proklamasi
Namun dwitunggal ( Ir. Soekarno dan Moh. Hatta ) menolak karena belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Jepang. Golongan tua berpendapat, lebih baik menunggu sampai 24 Agustus, yakni tanggal yang ditetapkan Marsekal Terauchi untuk waktu kemerdekaan Indonesia, ketika menerima Soekarno-Hatta-Radjiman di Dalat.
Pada tanggal 15 Agustus 1945, Para pemuda dibawah pimpinan Sukarni, Chairul Saleh, Wikana bersepakat untuk mengamankan dwitunggal bersama Ibu Fatmawati dan Guntur ke Rengasdengklok, dengan harapan agar mereka menuruti keinginan para pemuda. Namun, sepanjang hari 16 Agustus 1945 itu, tidak tercapai kesepakatan apapun hingga sorenya, Ahmad Soebardjo datang dan berusaha membujuk para pemuda untuk melepaskan dwitunggal. Akhirnya mereka bersedia dengan jaminan oleh Soebardjo bahwa proklamasi akan terjadi esok hari.
Malam itu juga, rombongan berangkat ke Jakarta, menuju rumah Laksamana Maeda di Meiji Dori No. 1 untuk membahas masalah tersebut. Setibanya disana, tuan rumah menjelaskan permasalahan dan informasi yang sebenarnya terjadi. Maeda lalu mempersilakan ketiga tokoh menemui Gunseikan (Kepala Pemerintah Militer) Jenderal Moichiro Yamamoto untuk membahas upaya tindaklanjut yang akan dilakukan. Namun, setibanya di Markas Gunseikan di kawasan Gambir, mereka bertiga mendapat jawaban yang mengecewakan karena Jenderal Nishimura yang mewakili Gunseikan melarang segala bentuk upaya perubahan situasi yang dilakukan. Mereka diharuskan menunggu Sekutu datang terlebih dahulu. Ketiga tokoh bersepakat bahwa Jepang tidak dapat diharapkan lagi dan kemerdekaan harus segera dirancang secepatnya. Anggota PPKI yang menginap di hotel Des Indes segera dikawal oleh Sukarni dan kawan-kawan menuju rumah Maeda.
Nah pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB, naskah proklamasi disusun oleh Soekarno, Hatta dan Soebardjo di ruang makan Maeda. Naskah sebanyak dua alinea yang penuh dengan pemikiran tersebut lalu selesai dibuat 2 jam kemudian. Naskah kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik. Tanpa waktu lama, Sayuti Melik didampingi BM Diah lalu mengetik naskah proklamasi. Setelah itu, naskah diserahkan kembali kepada Soekarno untuk ditandatangani.
Dikarenakan sekutu menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 serta kota Nagasaki 3 hari kemudian, akhirnya Kaisar Hirohito menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945. Dengan cepat, golongan muda yang mengetahui kabar tersebut dari siaran Radio BBC milik Inggris mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memanfaatkan situasi dengan menyatakan proklamasi
Namun dwitunggal ( Ir. Soekarno dan Moh. Hatta ) menolak karena belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Jepang. Golongan tua berpendapat, lebih baik menunggu sampai 24 Agustus, yakni tanggal yang ditetapkan Marsekal Terauchi untuk waktu kemerdekaan Indonesia, ketika menerima Soekarno-Hatta-Radjiman di Dalat.
Pada tanggal 15 Agustus 1945, Para pemuda dibawah pimpinan Sukarni, Chairul Saleh, Wikana bersepakat untuk mengamankan dwitunggal bersama Ibu Fatmawati dan Guntur ke Rengasdengklok, dengan harapan agar mereka menuruti keinginan para pemuda. Namun, sepanjang hari 16 Agustus 1945 itu, tidak tercapai kesepakatan apapun hingga sorenya, Ahmad Soebardjo datang dan berusaha membujuk para pemuda untuk melepaskan dwitunggal. Akhirnya mereka bersedia dengan jaminan oleh Soebardjo bahwa proklamasi akan terjadi esok hari.
Malam itu juga, rombongan berangkat ke Jakarta, menuju rumah Laksamana Maeda di Meiji Dori No. 1 untuk membahas masalah tersebut. Setibanya disana, tuan rumah menjelaskan permasalahan dan informasi yang sebenarnya terjadi. Maeda lalu mempersilakan ketiga tokoh menemui Gunseikan (Kepala Pemerintah Militer) Jenderal Moichiro Yamamoto untuk membahas upaya tindaklanjut yang akan dilakukan. Namun, setibanya di Markas Gunseikan di kawasan Gambir, mereka bertiga mendapat jawaban yang mengecewakan karena Jenderal Nishimura yang mewakili Gunseikan melarang segala bentuk upaya perubahan situasi yang dilakukan. Mereka diharuskan menunggu Sekutu datang terlebih dahulu. Ketiga tokoh bersepakat bahwa Jepang tidak dapat diharapkan lagi dan kemerdekaan harus segera dirancang secepatnya. Anggota PPKI yang menginap di hotel Des Indes segera dikawal oleh Sukarni dan kawan-kawan menuju rumah Maeda.
Nah pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB, naskah proklamasi disusun oleh Soekarno, Hatta dan Soebardjo di ruang makan Maeda. Naskah sebanyak dua alinea yang penuh dengan pemikiran tersebut lalu selesai dibuat 2 jam kemudian. Naskah kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik. Tanpa waktu lama, Sayuti Melik didampingi BM Diah lalu mengetik naskah proklamasi. Setelah itu, naskah diserahkan kembali kepada Soekarno untuk ditandatangani.
4. Peristiwa Proklamasi
Setelah diyakini bahwa situasi memungkinkan untuk membacakan teks proklamasi, maka Soekarno, Hatta dan anggota PPKI lainnya malam itu juga rapat dan menyiapkan teks Proklamasi. Rapat tersebut di rumah Laksamana Maeda, Soekarno bersama tokoh perjuangan lain menulis naskah proklamasi. Tulisan itu lalu diketik oleh Sayuti Melik.
Tepat pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 M atau 17 Ramadan 1365 H, pukul 10.00 pagi, bertempat di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No.56, Jakarta. Pembacaan naskah proklamasi yang berlanjut pengibaran Sang Saka Merah Putih hasil jahitan Fatmawati, menandakan Indonesia merdeka.
Tokoh lain yang sangat berjasa dalam peristiwa pembacaan Proklamasi diantaranya, tiga pemuda pengibar bendera merah putih pertama yaitu Latif Hendraningrat, S. Suhut dan Tri Murti. Kemerdekaan Indonesia yang dibaca oleh Soekarno-Hatta yang kemudian menjadi Presiden Dan Wakil Presiden Indonesia yang pertama.
Peran para pewarta sangat penting dalam peristiwa ini, antara lain Frans dan Alex Mendoer dari IPPHOS yang mengabadikan momen pembacaan proklamasi, BM Diah dan Jusuf Ronodipuro yang membantu penyebaran berita proklamasi lewat berbagai cara, seperti radio, surat kabar, telegram, serta melalui lisan.
5. Penyebaran Berita Proklamasi
Pada tanggal 17 Agustus 1945, pagi itu juga teks Proklamasi telah sampai ke tangan Waidan B. Palenewen. Ia adalahKepala Bagian Radio dari kantor Domei. Ia menerima teks tersebut dari seorang wartawan Domei bernama Syahrudin. Atas perintah Palenewen, teks proklamasi kemudian dibacakan oleh F. Wuz.
Penyiaran proklamasi kemerdekaan menyebabkan stasiun radio itu ditutup oleh Jepang. Meskipun demikian, parapemuda tetap bertekad menyiarkan berita proklamasi ke-seluruh penjuru dunia. Mereka menciptakan pemancar barudi Menteng 31. Mereka juga membuat surat selebaran.Bahkan, semua harian di Jawa memuat berita proklamasi ini. Dengan demikian, gema proklamasi dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Atas inisiatif mahasiswa dan pemuda, pembacaan teks proklamasi dilakukan Bung Karno pukul 19.30 lewat radio pemancar gelap milik Abdulrachman Saleh di laboraturium fisiologi Ika Daigaku, Salemba. Pembacaan teks proklamasi ini disaksikan Moh. Hatta, Ahmad Subardjo, Iwa Kusuma Sumantri, dan tokoh pemuda lainnya.
Pelaksanaan proklamasi kemerdekaan ditanggapi rakyat dengan berbagai cara. Rakyat Jakarta menyambut proklamasi dengan pawai keliling kota. Sementara itu para pemuda yang dipelopori oleh Komite Van Aksi Menteng 31 merencanakan untuk menggerakan masa agar pimpinan mereka dapat berbicara dengan mereka.
Atas prakarsa Komite Van Aksi rakyat Jakarta akhirnya mengadakan rapat raksasa di Lapangan Ikada tanggal 19 September 1945. Rapat dihadiri ribuan rakyat Jakarta dan sekitarnya, yang bertujuan untuk mendengarkan pidato politik Soekarno sekaligus memberikan dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia.
6. Pembentukan Pemerintahan Pertama (Hasil Sidang PPKI)
Umumnya yang paling utama adalah mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan kemerdekaan Indonesia. Ketua PPKI adalah Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta. Terdapat total 21 anggota PPKI yang kemudian bertambah 6 anggota lagi. Di antara anggota PPKI juga meliputi Achmad Soebardjo, Otto Iskandardinata, Dr. Soepomo dan Radjiman Widyodiningrat. Usai pembacaan pada tanggal 17 Agustus 1945, PPKI melaksanakan sidang di hari berikutnya. Sidang PPKI dilaksanakan sebanyak 3 kali yakni :
1. Sidang pertama PPKI dilaksanakan tanggal 18 Agustus 1945
2. Sidang kedua PPKI dilaksanakan tanggal 19 Agustus 1945
3. Sidang ketiga PPKI dilaksanakan tanggal 22 Agustus 1945
3. Sidang ketiga PPKI dilaksanakan tanggal 22 Agustus 1945
Hasil Sidang PPKI
Sidang PPKI dilaksanakan tiga kali, yakni pada tanggal 18, 19 dan 22 Agustus 1945. Tiap sidang menghasilkan ide, gagasan dan keputusan berbeda. Berikut adalah penjelasan dari tiap-tiap sidang tersebut :
1. Hasil sidang pertama PPKI (18 Agustus 1945)
a. Mengesahkan UUD 1945
Hasil sidang PPKI pertama adalah mengesahkan undang-undang dasar sebagai konstitusi negara. PPKI mengesahkan Undang-Undang Dasar (UUD 1945). Adapun rancangan batang tubuh UUD 1945 sudah dibuat oleh BPUPKI sebelumnya. Selain itu juga dilakukan revisi Piagam Jakarta dimana kalimat ‘Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya’ diganti menjadi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.
b. Mengangkat Soekarno sebagai Presiden dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden
Hasil sidang pertama PPKI berikutnya adalah memilih dan mengangkat presiden serta wakil presiden Indonesia. Atas usulan Otto Iskandardinata secara aklamasi, Ir. Soekarno terpilih sebagai presiden Indonesia pertama didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta sebagai wakil presidennya.
c. Membentuk Komite Nasional
Sidang PPKI juga memutuskan pembentukan sebuah komite nasional. Fungsi komite nasional ini adalah untuk sementara membantu tugas tugas Presiden sebelum dibentuknya MPR dan DPR.
2. Hasil sidang kedua PPKI (19 Agustus 1945)
a. Membentuk pemerintah daerah yang terdiri dari 8 provinsi
Hasil sidang PPKI kedua salah satunya adalah pembentukan pemerintah daerah. Indonesia dibagi menjadi 8 provinsi, dimana tiap provinsi dipimpin oleh seorang gubernur sebagai kepala daerah.
Adapun 8 provinsi yang dibentuk beserta nama gubernurnya adalah :
No
|
Provinsi
|
Nama Gubernur
|
1
|
Sumatra
|
Teuku Mohammad Hassan
|
2
|
Jawa Barat
|
Sutarjo Kartohadikusumo
|
3
|
Jawa Tengah
|
R. Panji Suroso
|
4
|
Jawa Timur
|
R. A. Suryo
|
5
|
Sunda Kecil
|
I Gusti Ketut Puja Suroso
|
6
|
Kalimantan
|
Ir. Pangeran Mohammad Nor
|
7
|
Sulawesi
|
Mr. J. Ratulangi
|
8
|
Maluku
|
Dr G. S. S. J. Latuharhary
|
b. Membentuk komite nasional daerah
Setelah membagi wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi, selanjutnya juga dibentuk komite nasional di tingkat daerah di tiap-tiap provinsi, mulai dari Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
c. Membentuk 12 Kementerian dan 4 Menteri Negara
Hasil sidang kedua PPKI berikutnya adalah pembentukan 12 kementrian kabinet di tiap departemen serta 4 menteri negara non-departemen. Berikut merupakan nama-nama menteri dan departemen yang dipimpin pada kabinet Republik Indonesia yang pertama.
No
|
Nama Menteri
|
Departemen
|
1
|
R.A.A. Wiranata Kusumah
|
Departemen Dalam Negeri
|
2
|
Mr. Achmad Soebardjo
|
Departemen Luar Negeri
|
3
|
Prof. Dr. Mr. Soepomo
|
Departemen Kehakiman
|
4
|
Ki Hajar Dewantara
|
Departemen Pengajaran
|
5
|
Abikusno Tjokrosujoso
|
Departemen Pekerjaan Umum
|
6
|
Abikusno Tjokrosujoso
|
Departemen Perhubungan
|
7
|
A.A. Maramis
|
Departemen Keuangan
|
8
|
Ir. Surachman Tjokroadisurjo
|
Departemen Kemakmuran
|
9
|
Dr. Buntaran Martoatmojo
|
Departemen Kesehatan
|
10
|
Mr. Iwa Kusuma Sumantri
|
Departemen Sosial
|
11
|
Soeprijadi
|
Departemen Keamanan Rakyat
|
12
|
Mr. Amir Syarifudin
|
Departemen Penerangan
|
13
|
Wachid Hasjim
|
non-departemen
|
14
|
Dr. M. Amir
|
non-departemen
|
15
|
Mr. R. M. Sartono
|
non-departemen
|
16
|
R. Otto Iskandardinata
|
non-departemen
|
d. Membentuk Tentara Rakyat Indonesia
Usai sidang PPKI kedua dilakukan rapat kecil yang menghasilkan keputusan untuk segera membentuk Tentara Rakyat Indonesia. Atas usulan Adam Malik, pembentukan pasukan tentara nasional ini berasal dari tentara Heiho dan PETA. Selain itu anggota kepolisian dimasukkan dalam departemen dalam negeri. Keputusan ini dihasilkan dari buah pikiran Otto Iskandardinata. Kemudian Otto Iskandardinata, Abdul Kadir dan Kasman Singodimerjo ditunjuk untuk mempersiapkan pembentukan tentara kebangsaan dan kepolisian negara.
3. Hasil sidang PPKI yang ke-Tiga (22 Agustus 1945)
a. Menetapkan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
Di sidang pertama telah diputuskan untuk membentuk komite nasional, namun baru di sidang ketiga Komite Nasional Indonesia Pusat atau KNIP resmi terbentuk. Sebanyak 137 anggota KNIP dilantik terdiri dari golongan muda dan masyarakat. Pada sidang KNIP, ditunjuk Kasman Singodimerjo sebagai ketua. Sementara terdapat tiga wakil ketua, yakni M. Sutarjo sebagai wakil ketua pertama, Latuharhary sebagai wakil ketua kedua serta Adam Malik sebagai wakil ketua ketiga.
b. Membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI)
Hasil sidang PPKI ketiga salah satunya adalah membentuk Partai Nasional Indonesia atau PNI yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Pembentukan PNI awalnya ditujukan sebagai satu-satunya partai di Indonesia. Tujuannya untuk mewujudkan negara Republik Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur berdasarkan kedaulatan rakyat. Rancangan awal PNI sebagai partai tunggal di Indonesia kemudian ditolak. Pada akhir Agustus 1945, rencana ini pun dibatalkan dan sejak itu gagasan yang hanya ada satu partai di Indonesia tidak pernah dimunculkan lagi.
c. Membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR)
Hasil sidang ketiga PPKI juga menghasilkan keputusan untuk membentuk Badan Keamanan Rakyat atau BKR. Fungsi BKR adalah untuk menjaga keamanan umum bagi masing-masing daerah.
Berkaitan dengan pembentukan BKR, maka PETA, Laskar Rakyat dan Heiho resmi dibubarkan. Pembentukan tentara kebangsaan Indonesia harus dilakukan segera demi kedaulatan negara Republik Indonesia.
silahkan like, coment and share ke temen-temennya yaa:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar